MENJADI 'TUA'
‘Inget umur lho ...’
Ujaran diatas mungkin
bagi beberapa orang sudah tidak dalam level mengganggu, tapi sudah masuk level
membosankan. Tidak ada maksud untuk menjadi tidak memperdulikan faktor tersebut
dan perhatian yang diberikan, tapi ‘does age define your maturity?’Yang
mempertanyakan bermaksud peduli, tapi yang menjalani pun juga memiliki
pertimbangan sendiri.
Bagi saya pribadi, usia
bukan patokan untuk menjadi dasar bahwa harus begini dan harus begitu. Buat
saya, setiap manusia, entah pria maupun wanita, memiliki keinginan dan
keputusan masing-masing. Apalagi era milenial sekarang dimana kesetaraan gender
dan kebebasan untuk ‘pursuing your dream’. Dulu mungkin masih mengagetkan usia
30 tahun belum menikah atau memiliki keturunan, namun sekarang lebih kepada
‘oh, okay.’
Yang
tua, yang bijaksana. Ah masa? Saya tidak membicarakan usia
ayah saya ya, namun saya membahas usia dewasa yang produktif, walaupun ayah
saya yang tahun depan masuk usia 60 tahun pun masih sangat produktif,
workaholic dan tentunya bijaksana haha! Kembali lagi ke topik, yang muda pun
bisa lebih bijaksana daripada yang sudah menginjak usia dewasa yang katanya
udah tua. Bisa dibilang, sudah tidak ada lagi tuh pakem-pakem umur begini dan
begitu. Alih-alih bijaksana, lebih penting buat saya adalah bertanggung jawab.
Yang
kece tuh yang bertanggung jawab. Seiring berjalannya
waktu, tanggung jawab itu bukannya berkurang tapi malah bertambah banyak dan
berat. Dulu waktu masih usia SMA & Mahasiswi, saya seneng banget karena
sudah dianggap mampu dan itu tadi, dianggap dewasa. Saya diberikan kelonggaran
oleh orang tua saya untuk beberapa hal, maklum sebelumnya saya termasuk yang
dilarang ini itu, hehe .. Kembali lagi, iya sih saya seneng diberikan
kelonggaran aturan oleh orang tua saya, tapi dibalik itu, ada nilai-nilai
tanggung jawab yang malah bertambah. Itulah, dianggap bisa dipercaya.
Yang,
kamu bisa dipercaya gak? yang sayang, berani pacaran, berani ngajak
nikah, bisa dipercaya gak nih. ‘Trust issue’ pernah dengar ya istilah tersebut,
dimana masalah bisa atau tidaknya dipercaya adalah KUNCI. Ini bisa dalam hal
percintaan, pekerjaan atau pertemanan. Kan dianggap tua tuh, jadi ya pasti udah
mengenal deh masalah cinta, problematika pekerjaan dan keasikan pertemanan. Buat
saya pribadi pun, kalau punya temen, pacar atau rekan kerja yang bisa dipercaya
itu udah seperti menemukan harta karun yang nilainya tak terhingga. Eh jangan
lupa, kepercayaan (keyakinan, agama) pun pilih yang patut atau reliable untuk dianut. Sudah menyadari
ya bahwa mulai banyak tumbuh ‘ekstrimis’ yang membawa nama agama tertentu tapi
yang terlihat adalah tidak sesuai dengan ajaran agama tersebut. Berani memilih
dan memutuskan.
Yang
berat, ketika harus memilih & memutuskan. Jujur
ya, tahap memilih & memutuskan itu tidak hanya butuh waktu, tapi juga
kedewasaan berpikir. Enggak usah lah ya saya jelaskan satu-satu masalah macam
apa yang butuh kedewasaan berpikir, karena seiring berjalannya waktu, semua hal
dan masalah yang muncul, butuh pemikiran yang matang. Nah itu, matang. Daripada
dibilang tua, mending juga dibilang matang. Matang diusia nya yang masih muda
atau matang diusianya. Wahai kaum pria, kami kaum wanita sangat menyukai pria
yang matang, karena pria yang matang (segalanya) sangat reliable untuk diajak memilih sesuatu dan memutuskan sesuatu.
Afterall, jadilah
manusia yang tidak hanya bertambah tua, namun juga menjadi manusia yang
bijaksana, mampu bertanggung jawab dan bisa dipercaya. Buat saya tingkat
kematangan seseorang itu bisa diandaikan seperti tingkat kematangan steak,
yaitu rare, medium rare, medium, medium well dan well done. Tingkat kematangan
tersebut tergantung dari suhu panggangan, ketebalan daging, penempatan di
panggangan dan banyak hal lainnya. Pun tingkat kematangan manusia yang tentunya
setiap manusia berbeda-beda karena manusia lahir dari latar belakang, cara
asuh, pendidikan, sudut pandang dan dihadapkan pada masalah yang berbeda-beda.
Kamu gak tua, cuma
tahun lahirnya aja yang beda ...
Comments
Post a Comment