KEGALAUAN SEBUAH GENERASI : BELI RUMAH KPR, BELI RUMAH TUNAI, BANGUN RUMAH BELI TANAH, KONTRAK RUMAH ATAU .. BAGAIMANA YA?
Saya sering mendengar perdebatan ini di social media akhir-akhir ini. Ada pendapat dari public figure yang merasa bahwa membeli rumah secara KPR itu merugikan karena alasan-alasan finansial yang dia berikan. Ada juga yang memberikan pendapat mending beli rumah secara tunai tinggal terima jadi, gak usah mikir desain, bahan bangunan dan lainnya. Ada juga yang memilih beli tanah kosong dan membangun rumah dengan tipe ‘rumah tumbuh’ sesuai dengan budget yang dimiliki. Ada juga yang memilih mengontrak rumah dahulu Karen tidak mau tinggal dengan orang tua atau mertua. Ada juga yang memilih tinggal di rumah orang tua dahulu karena belum punya dana utk kontrak atau beli rumah. Namun ada juga pasangan menikah yang memilih untuk memiliki anak dahulu.
Untuk saya, dunia maya memang menawarkan banyak pilihan. Itu suatu privilege, karena pengetahuan kita bertambah dan bisa dijadikan pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam hidup. Namun tidak dipungkiri bahwa bagi sebagian orang, dunia maya dijadikan kiblat untuk hidup mereka. Ada anggapan, apa yang sedang menjadi tren, begitulah seharusnya menjalani hidup. Padahal kehidupan setiap manusia itu berbeda-beda dari segala sisi. Untuk masalah rumah contohnya, saya dan suami mendapat banyak pendapat terkait rumah. Ada yang memberikan masukan untuk beli rumah jadi saja namun budget saya dan suami tidak cukup karena harganya diluar kemampuan kami. Dengan pertimbangan kondisi budget yang ada, kami memutuskan untuk beli tanah kosong dan membangun ‘rumah tumbuh’ disesuaikan dengan budget yang ada.
Ada juga pemikiran saya pribadi ketika itu apa mending ngontrak rumah dulu aja lah daripada beli tanah dan bangun rumah karena melihat jumlah uang yang harus dikeluarkan. Saya berpikir untuk membeli mobil ketika itu. Namun saya pikir lagi, kalau mengontrak terus kapan termotivasi untuk punya rumah sendiri, mobil bisa menyusul deh. Kebetulan juga budget nya ada walaupun sangat mepet, tapi daripada tidak sama sekali kan.
Saya ingat masa-masa sebelum ini, saya berpikir apa mungkin memiliki rumah? Bagi saya, memiliki rumah itu adalah pencapaian finansial tertinggi. Pasti kalian juga sering dengar kan orang benar-benar harus menguras tabungan dan asset lainnya agar pembangunan rumah selesai? Nah saya takut untuk memulai pembangunan rumah karena saya takut tidak punya uang dan kebetulan saya datang dari keluarga yang dari segi ekonomi itu biasa saja. Ketika saya masih kuliah, suatu waktu saya pernah menanyakan tentang rumah ke bapak saya, “Pak, temen-temenku dibelikan rumah sama orang tuanya. Enak banget besok gak usah mikir beli atau bangun rumah. Aku gimana ya?” dengan santainya bapak menjawab, “Bapak dan mama itu menyekolahkan kamu sampai sarjana itu biar kamu kelak bisa mendapat pekerjaan yang bagus dan mampu mewujudkan hidup yang mapan dengan pekerjaan tersebut. Kemampuan kami ya mentok di menyekolahkan kamu.”
Banyak faktor yang mempengaruhi manusia dalam pengambilan keputusan. Contohnya saya yang memiliki ketakutan tadi karena saya datang dari keluarga yang biasa saja dan harus berusaha sendiri untuk mampu mewujudkan ‘kemapanan’ dalam hidup, maka saya dan suami, yang juga datang dari keluarga yang biasa saja, mengambil keputusan untuk ambil fasilitas pinjaman pegawai di kantor untuk keperluan beli tanah dan sisanya untuk pembangunan rumah dengan ditambah tabungan kami masing-masing. Untuk intermezzo aja nih, kalau jenis tabungan itu saya dan suami pun punya selera yang berbeda. Kalau saya lebih suka punya tabungan di bank, nah kalau suami itu lebih variatif. Dia memiliki beberapa bentuk investasi dan tabungan juga.
Disini saya gak akan kasih tips finansial tentu saja karena saya tidak punya kemampuan disitu dan saya pun menyadari kondisi ekonomi setiap orang berbeda-beda. Hal-hal diatas tentu saja harus disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Mungkin yang bisa saya katakan adalah jangan melebihi kemampuanmu. Kalaupun harus mengambil berhutang, ingat untuk pelajari dengan cermat fasilitas pinjaman yang kamu ambil dan hitung lagi kemampuan bayarmu. Jangan iri melihat rekan-rekanmu yang mungkin sudah punya asset yang kamu inginkan. Jangan terburu-buru mengambil keputusan-keputusan terpenting dalam hidupmu. Betul bahwa kegagalan adalah bagian dari hidup, namun kegagalan dapat diminimalisir dengan pengambilan keputusan yang cermat di awal. Jangan kamu pikul sendiri semua beban itu, masih ada orang-orang disekitarmu yang bisa kamu mintai pendapat. Kamu manusia biasa, kamu bisa saja salah.
Comments
Post a Comment