Skip to main content

Pasrah? Apakah Menyerah?

Kenapa saya bilang pasrah apakah menyerah, karena kebanyakan orang mengasumsikan pasrah adalah menyerah. Menurut Longman (2005, Pg. 267) " a power that is believed to control what happens in people's lives. " seperti definisi Pasrah yang dikatakan Longman, bahwa pasrah itu adalah 'power' , 'control' dan 'believe'. Jadi pasrah itu bukan tanpa kekuatan, tanpa kontrol dan tanpa kepercayaan. Kalau menurut saya yang dikutip Longman ini ada benarnya, bahwa pasrah adalah sebuah bentuk kekuatan lain yang ada, yang berasal dari diri sendiri yang didukung oleh kontrol diri dan keyakinan diri dalam menghadapi segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita.

Dari sumber lain, adakah diantara kalian yang pernah membaca dua novel karya A. Fuadi yang berjudul 'Negeri 5 Menara' dan 'Ranah 3 Warna'? Saya sudah membaca dua novel ini dan ada dua pesan yang luar biasa yang mampu dihubungkan dengan 'control' dan 'believe'. Pesan pertama yang saya kutip dari buku pertama adalah 'Man Jadda Wajada' yang dalam bahasa Indonesia berarti siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Menurut saya ini adalah proses awal dari sebuah kejadian yang terjadi dalam hidup kita, semua harus kita usahakan lebih dahulu, dengan sungguh-sungguh. Lalu pesan kedua dari buku kedua adalah 'Man Shabbara Zhafira' yang artinya adalah siapa yang bersabar pasti akan beruntung. Di dalam buku tersebut, Fuadi mengatakan bahwa sabar bukanlah menunggu sesuatu datang dengan sabar, sabar yang dimaksud adalah sabar yang proaktif : aktif bertahan, aktif menahan cobaan, dan aktif mencari solusi. Sabar dan pasrah memang dua hal yang berbeda, tapi dua hal tersebut selalu diasumsikan sebagai tindakan tanpa kekuatan. Padahal buat saya pribadi, sabar, khususnya pasrah itu butuh kekuatan kontrol dan keyakinan yang luar biasa lho. Pasrah itu belajar sabar.

Menurut interviewee pertama, " pasrah adalah kata penghiburan untuk antisipasi kemungkinan terburuk. Kata lain menyerah. " menurutnya, pasrah adalah penghiburan sekaligus antisipasi. Saya akan menarik kesimpulan bahwa manusia membangun 'benteng' penghiburan bagi diri mereka sebagai antisipasi akan datangnya kemungkinan-kemungkinan yang kelak akan muncul atau sering disebut 'self-defense'. Ide kali ini bisa dihubungakan dengan 'power' dan 'control'. Jelas dong, membangun benteng untuk menghadapi kemungkinan buruk itu gak gampang lho, apalagi setelah kita berusaha banget untuk mencapai sesuatu, pasti dibutuhkan kekuatan dan kontrol diri yang luar biasa. Kalo kamu pasrah tanpa self-defense, remuk.. Ajur.. Hancur.. Bawur.. Blur.

Interviewee kedua memiliki ide yang berbeda, " pasrah... Hal yang sulit dideskripsikan. Berserah pada Tuhan, tetapi tetap mensyukuri segala nikmat karunia-Nya.  " aku juga jadi sulit mendeskripsikan maksudmu wahai kawanku *think! Kalau yang saya tangkap sih adalah pasrah terserah tapi tetap bersyukur. Kita semua percaya ya bahwa Tuhan itu selalu memiliki rencana dan memberi jalan pada kita sebagai umat manusia dan doa adalah kekuatan. bersyukur itu adalah bentuk terima kasih dan bentuk penerimaan atas apa yang kita dapat. Lalu apakah dia menyerah saja? Menurut saya nggak tuh. Berserah atau pasrah kepada Tuhan itu adalah 'power of believe', kekuatan sebuah keyakinan. Selain self-defense yang harus dibangun pada diri kita, percaya pada Tuhan adalah kekuatan lain yang efeknya gak kalah luar biasa :)

Interviewee ketiga memiliki ide yang hampir sama, " pasrah itu tak mengharapkan apapun.. Menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan, tapi tetap berusaha semampu kita. " pasrah tanpa berharap, berusaha untuk mampu, Tuhan yang memutuskan. Judulnya? Nothing to lose but not lose. Pas kan ya? Setuju ya? Butuh waktu 5 menit untuk bikin frase macam begitu. Pasrah itu nggak kalah. Pasrah itu nggak salah. Pasrah itu hanya 'middle name' dalam proses berusaha untuk mampu melewati kejadian atau cobaan yang datang. Disini, esensi berusaha kuat banget. Entah ya, yang pasti ketika kita sudah berusaha dan berdoa pada yang kuasa, pasrah yang kita punya itu bukan pasrah yang kalah atau kosong. Pasrah itu lebih terasa seperti keikhlasan seorang pahlawan setelah perang di medan perang. Bangga.

Interviewee keempat panjang bener ya jawabannya! Siapa sih ini... " pasrah itu seperti main tarik tambang, jadi setelah segala daya upaya dikerahkan untuk menang, kadang bahkan sekedar untuk bisa bertahan doang (sampai tenaga n akal habis tak bersisa) tapi merasa udah nggak sanggup melawan hingga akhirnya menyerah, dengan luka. Kalo kita berjuang dan gagal, kita masih bisa bangga karena sanggup berjuang sampe keringat terakhir. Tapi kalo pasrah, udah ngrasain jatuh n perjuangannya gak diselesein sampe akhir , dan itu sakitnya lebih berbekas ketimbang kekalahan. Dan juri tarik tambang ala pasrah itu adalah realita. Ketika kita melihat realita lalu mundur itu adalah pasrah, tapi kalah adalah ketika kita berusaha menerjang realita tapi realita terlalu tanggung untuk dirubuhkan. " INTINYA dia sedang membandingkan antara pasrah dan kalah. Kalo pasrah itu sakitnya banget, menyerah, tapi kalo kalah sakitnya nanggung alias masih bisa ditanggung. Gimana ya? Saya juga nggak bisa bilang ini salah atau benar, tapi yang pasti ujung-ujungnya kita tetep harus terima realita yang ada. Saya setuju realita itu juri yang menentukan kita ini pasrah atau kalah. Atau dua-duanya?

Interviewee terakhir punya pendapat, " ketika usaha udah maksimal tapi gak tau gimana hasilnya, gak ada hal lain yang bisa dilakukan selain pasrah. Menyerahkan semuanya pada Yang Berkuasa, tapi tentu saja setelah berusaha. " judulnya? Pasrah a.k.a galau. Galau menunggu hasilnya seperti apa setelah berusaha sekuat tenaga dan menyerahkan pada Yang Kuasa. Jadi kepikiran deh, jangan-jangan galau itu semacem pasrah mendesah dan merasa kalah yang hanya tertunda? Interviewee kali ini idenya hampir sama seperti interviewee ketiga. Pasrah itu semacam 'middle name' dari berusaha. Tapi tetep aja saya suka banget akhirnya nemu galau juga, hehehe...

Jadi apakah pasrah itu menyerah?  Pasrah itu belajar sabar, Pasrah itu antisipasi (self-defense), pasrah itu power of believe, pasrah itu nothing to lose but not lose, pasrah itu melihat realita lalu mundur, dan pasrah itu galau. Satu yang pasti ya kawan, pasrah itu nggak salah, malah dari jawaban-jawaban diatas, pasrah itu malah mengingatkan kita pada Tuhan. Pasrah juga ngajarin kita untuk belajar punya power, control, dan believe. Pasrah datangnya dari masalah. Seiring datangnya masalah, berterima kasihlah, kamu masih dikasih kesempatan untuk dekat dengan-Nya dan diberi kesempatan untuk lebih mengenal diri kamu :)

Comments

  1. Couldn't agree more! I think pasrah itu seperti "we do our best, and God do the rest." Pokoknya apapun outcome-nya, pokoknya kita udah berusaha, sedangkan berserah itu tanpa berusaha sama sekali, jadi kayak pengemis, cuma diem doang berharap ada uang jatuh dari langit (menurutku lho ya). On the other hand, aku jadi dapet referensi bacaan nih :D Bagus2 ya itu 'Negeri 5 Menara' dan 'Ranah 3 Warna'?

    ReplyDelete
  2. Hai dian.
    Sungguh lama ya membalas comment kamu ini. Hahahaha
    well, buku negeri 5 menara dan Ranah 3 Warna bagus. Sudah baca mungkin?

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

WANITA BISA HIDUP SENDIRI (?)

  ‘ Independent woman tertuju kepada sosok wanita yang memiliki kemandirian secara finansial, emosional, dan pribadi . Wanita juga dapat mengambil kendali atas kehidupan yang sedang mereka jalani, serta membuat keputusan sendiri, dan berusaha mencapai tujuan hidup tanpa tergantung pada pihak lain, terutama pria. ’ – www.rri.co.id               ‘Independent woman menurut Kumparan adalah perempuan mandiri yang mampu menetukan sikap sendiri dengan ciri-ciri sebagai berikut : mampu melakukan berbagai hal sendiri, jujur dalam menjalani sebuah hubungan, mampu menetapkan batasan di tempat kerja dan menciptakan tren sendiri.’ - https://kumparan.com/berita-hari-ini/apa-itu-independent-woman-ini-pengertian-dan-ciri-cirinya-20BcnbVK9OA/full               Kenapa saya menambahkan tanda tanya pada judul? Apakah saya sebagai wanita tidak begitu yakin bahwa saya...

CHOOSE YOUR HARD

                 Mungkin itu adalah motto hidup saya di usia 36 tahun ini. Saya sadar bahwa melakukan dan menyelesaikan semua itu adalah banyak. Everything is much. Ketika saya berusia 20 an dan di awal 30 tahun, saya bersemangat dengan apa yang sedang saya jalankan dan kesulitan yang saya hadapi walaupun ada momen dimana menyerah dan semangat kembali untuk berlanjut, kalian mungkin tidak asing dengan istilah ‘young, wild and free ..’ it is absolutely true dan memiliki mental dan semangat seperti itu memang perlu dimiliki diusia tersebut.               Di usia sekarang, saya rasa saya harus mulai untuk mulai memilah. Saya tidak mengatakan bahwa saya sudah tidak bersemangat, namun saya ingin bersemangat untuk hal-hal tertentu. Ada momen dimana yang membuat saya berpikir, apa yang saya cari? I cannot have it all, right? Setiap manusia diciptakan memiliki peran masing-masin...

KEGALAUAN SEBUAH GENERASI : BELI RUMAH KPR, BELI RUMAH TUNAI, BANGUN RUMAH BELI TANAH, KONTRAK RUMAH ATAU .. BAGAIMANA YA?

            Saya   sering mendengar perdebatan ini di social media akhir-akhir ini. Ada pendapat dari public figure yang merasa bahwa membeli rumah secara KPR itu merugikan karena alasan-alasan finansial yang dia berikan. Ada juga yang memberikan pendapat mending beli rumah secara tunai tinggal terima jadi, gak usah mikir desain, bahan bangunan dan lainnya. Ada juga yang memilih beli tanah kosong dan membangun rumah dengan tipe ‘rumah tumbuh’ sesuai dengan budget yang dimiliki. Ada juga yang memilih mengontrak rumah dahulu Karen tidak mau tinggal dengan orang tua atau mertua. Ada juga yang memilih tinggal di rumah orang tua dahulu karena belum punya dana utk kontrak atau beli rumah. Namun ada juga pasangan menikah yang memilih untuk memiliki anak dahulu.          Untuk saya, dunia maya memang menawarkan banyak pilihan. Itu suatu privilege, karena pengetahuan kita bertambah dan bisa dijadikan pertimbangan untuk men...